UOB Berikan Edukasi Masyarakat Untuk Hindari Kerugian Berlebih Saat Investasi

BACA JUGA

Fintechpost.ID – Jumlah investor saat ini terus meningkat, terutama dalam kurun waktu 3 tahun terakhir. Tentu ini menjadi peluang bagi industrinpasar modal Indonesia.

UOB Indonesia terus berupaya mendorong literasi dan inklusi keuangan masyarakat khususnya yang berkaitan dengan investasi.

Masyarakat perlu mengenali risiko terlebih dahulu sebelum memulai investasi. Ada berbagai risiko yang harus dikenali, yaitu risiko diri sendiri maupun risiko dari produk yang akan diinvestasikan.

“Masyarakat harus melakukan literasi keuangan. Pahami produk-produk investasi yang ditawarkan. Kadang kita tahu risiko kita, tapi lupa kalau produk punya risiko yang harus dipelajari. Dengan begitu kita bisa menikmati hasil investasi yang kita lakukan,” Ujar Head of Deposit & Wealth Management UOB Indonesia Vera Margaret.

Baca juga: UOB Infinity Buat Pengalaman Perbankan Jadi Sederhana

Berdasarkan catatan Kustodian Sentral Efek Indonesia (SEI), investor di pasar modal Indonesia telah tembus 10 juta investor yang mengacu pada Single investor identification (SID) telah mencapai 10.000.028, dengan komposisi jumlah investor lokal sebesar 99,78%.

Sejalan dengan hal tersebut, Survei Nasional Literasi dan Inklusi Keuangan 2022 Otoritas Jasa Keuangan (OJK), mengungkapkan, tingkat inklusi di pasar modal meningkat pesat, yakni dari 1,55% pada tahun 2019 menjadi 5,19% pada 2022.

Namun peningkatan inklusi tidak diiringi dengan tingkat literasi, di mana pada tahun 2022 tingkat literasi keuangan di sektor pasar modal turun menjadi 4,11% pada 2022 dari yang sebelumnya mencapai 4.97% pada tahun 2019.

UOB Indonesia percaya bahwa masyarakat perlu melakukan diversifikasi kelas aset yang harus dibarengi dengan literasi keuangan yang baik.

Melalui pendekatan Risk-First Approach, diharapkan masyarakat dapat memahami tingkat toleransi risiko pribadi yang dapat digunakan untuk mengelola portfolio keuangan.

Pendekatan ini juga membantu nasabah dalam mengidentifikasi risiko serta mengelola portofolio keuangan sebelum mempertimbangkan imbal hasil yang ingin dicapai agar terhindar dari risiko berlebihan.

“Sebenarnya tidak cukup hanya tahu risiko, tujuan juga penting mulai dari rangka pendek, jangka panjang, uang sekolah anak, dana pensiun, kebutuhan sehari-hari, dan kebutuhan investasi lainnya. Tujuan dari investasi ini akan mempengaruhi produk apa yang paling tepat dimiliki nasabah sesuai dengan profil risikonya,” Ujarnya.

BERITA TERKAIT

BERITA TERBARU